Tape dan Emping: Kekenyangan dan Hidangan Lebaran Ternikmat

--

Tape ketan dan emping melinjo — dokumentasi pribadi

Luar biasa, baru hari kedua dari challenge menulis selama 31 hari saja kesulitannya bukan main. Aku menulis ini dengan mata setengah terpejam. Setelah seharian berkeliling, mulai dari tetangga seberang rumah hingga Wonosari, tenagaku serasa diperas habis. Padahal naik mobil sebenarnya, paling tidak kaki tidak pegal dan kulit tidak kepanasan. Namun tetap saja capek. Aku khawatir bahwa jangan-jangan aku capek karena kekenyangan. Tidak makan capek, kekenyangan juga capek. Tapi tidak kapok-kapok juga, setelah menulis artikel ini aku akan makan sepiring nasi goreng, di warung bakmi jawa yang tidak karuan antriannya. Efek lebaran mungkin ya, warung-warung yang buka di malam hari penuh oleh banyak orang yang mulai lapar setelah menyantap dua porsi lontong opor untuk makan siang. Kenapa dua porsi? Karena hanya tuan rumah yang makan satu porsi. Tamu pasti paling sedikit makan dua porsi. Entah itu dua porsi di dua tuan rumah yang berbeda, ataupun dua porsi di satu tuan rumah yang sama (dalam kata lain: tambah).

Tadi pagi ibuku membawa tiga porsi nasi kuning setelah menghadiri syawalan RT setempat. Aku memakan satu porsi, dua porsi lainnya dimakan ibu dan kakakku. Nasinya terlihat sedikit karena disusun sedemikian rupa agar terlihat menarik. Nasi kuning tersebut dicetak setengah mangkok seperti di warung nasi padang. Susunan tersebut menyembunyikan porsi nasi kuning yang ternyata luar biasa. Porsi nasi kuning tersebut ternyata sangat banyak. Sampai-sampai aku kesulitan untuk menghabiskannya.

Kurang dari dua jam kemudian, aku duduk di teras saudara, menyantap seporsi lontong opor, lengkap dengan telur dan daging kreceknya. Mantap sudah. Aku langsung lemas dan ngantuk. Memang benar, makan adalah obat tidur terbaik nomor dua (konon katanya minuman beralkohol adalah nomor satu).

Dari sekian banyak hidangan lebaran, ada satu makanan yang tidak mungkin aku lewatkan. Tape ketan plus emping melinjo. Lontong opor, nastar, kastengel, hingga putri salju dapat dengan mudah aku lewatkan. Ketika tape ketan dan emping tersedia di atas meja, aku bisa bertahan mendengarkan cerita orang-orang tua ketika bersilaturahmi selama berapapun waktu yang dibutuhkan. Tidak ada hidangan Lebaran lain yang lebih enak daripada tape ketan yang dimakan dengan emping melinjo. Fix no debat kalau kata warganet Twitter.

Lapisan rasa tape yang dimakan menggunakan emping dapat menyaingi lapisan rasa yang ditawarkan oleh keju-keju ala Eropa. Bayangkan, tape ketan yang manis serta emping melinjo yang asin dan gurih bersatu di dalam mulut. Umumnya, akan terasa gurih terlebih dahulu, disusul dengan rasa asin, dan diakhiri dengan tendangan rasa manis dari tape ketan. Memakan tape ketan dan emping melinjo adalah pengalaman yang luar biasa. Kedua makanan itu membuatku merasakan rasa yang tidak akan aku rasakan saat menyantap makanan lain. Jadi, untuk kamu yang belum pernah mencobanya, sayang sekali lidahmu belum pernah merasakan kenikmatan yang lebih nikmat daripada Indomie. Rekomended 10/10 wajib kamu coba!

--

--

Fransiskus Asisi Anggito Enggarjati
Fransiskus Asisi Anggito Enggarjati

Written by Fransiskus Asisi Anggito Enggarjati

catatan perjalanan mahasiswa cumlaude ilmu komunikasi ugm (amin).

No responses yet